Kamis, 03 Juni 2010

TaKe HomE UTS EmaK

PAPER UJIAN TENGAH SEMESTER
EKONOMI MAKRO


Oleh :
Despa Eka Susanti
05081004029



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2010


1.Bahaslah pengertian pendapatan nasional, metoda apa saja yang digunakan untuk perhitungan pendapatan nasional. Menurut Anda diantara metoda tersebut, metoda mana yang lebih baik/ unggul untuk digunakan, mengapa?
Jawab :
Pendapatan nasional adalah merupakan jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara selama satu tahun.
Konsep Pendapatan Nasional
•Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
•Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
•Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
•Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
•Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
•Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Pendapatan nasional pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan masyarakat suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan nasional akan mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita negara yang bersangkutan. Akan tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun akan mempengaruhi jumlah pendapatan per kapita suatu negara.
Metoda yang digunakan untuk Perhitungan Pendapatan Nasional

Ada 3 metoda dalam perhitungan pendapatan nasional :
1.Pendekatan Produksi
2.Pendekatan Penerimaan
3.Pendekatan Pengeluaran

1.Pendekatan Produksi (PDB/ PGNP)
Pendekatan yang berasal dari penggunaan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu munculnya doule counting atau perhitungan ganda.
Perhitungan ganda yang dimaksud yaitu nilai produk sebelumnya akan ditambahkan pada produk – produk turunan berikutnya dan digunakan sebagai nilai akhir produk tersebut.
Akibatnya nilai produk akhir menjadi lebih tinggi. Salah satu usaha untuk mengurangi dampak dari double counting yaitu dengan menggunakan pendekatan value added atau nilai tambah. Dalam pendekatan ini nilai produk akan dilihat nilai tambahnya pada produk turunan berikutnya sehingga yang nampak pada nilai barang akhir yaitu jumlah keseluruhan nilai barang akan sama dengan nilai akhir produk turunan terakhir.
Pendekatan produksi bisa dicari dengan :

2. Pendekatan Pengeluaran ( PNB/GNP )

Perhitungan pendapatan dengan melihat pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yaitu rumah tangga konsumsi, rumah tangga perusahaan, dan pemerintah.
Pendekatan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


Keterangan : Y : Yield
C : Consumption
I : Investment
G: Goverment Expenditure
X: Expor
M: Import

3. Pendekatan Pendapatan ( PN/NI )
Pendekatan yang mengarah pada penerimaan atas penggunaan faktor – faktor produksi.
Pendekatan ini dapat dirumuskan :

Keterangan : Y : Yield
r : rent
w : wage
i : interest
p : profit
Menurut saya metoda yang lebih baik / unggul untuk digunakan adalah metode pengeluaran. Hal ini disebabkan karena cara tersebut dapat memberikan keterangan – keterangan yang sangat berguna mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai.
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran akan dapat memberi gambaran tentang :
a.Sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai dimana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati.
b.Memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makroekonomi.
Data pendapatan nasional dan komponen – komponen data yang dihitung dengan cara pengeluaran dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah – langkah dalam mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi.


2.Apa yang Anda ketahui tentang krisis ekonomi, sudah berapa kali Indonesia mengalami krisis yang relatif parah sehingga dirasakan dampaknya oleh masyarakat umum. Jelaskan berdasarkan teori dan fenomena yang terjadi di Indonesia.

Jawab:
Krisis ekonomi adalah suatu kondisi atau keadaan perekonomian dimana tidak baiknya atau dapat dikatakan buruknya suatu kondisi perekonomian suatu negara yang mengakibatkan melemahnya perekonomian negara tersebut. Krisis ekonomi juga disebut krisis finansial.
Indonesia mengalami krisis ekonomi yang relatif parah adalah pada tahun 1998. Keadaannya berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah perekonomian Indonesia.
Selama periode sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan periode paling hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun 1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisis pun mulai dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.
Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997, namun terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.
Seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.
Akhirnya, dia juga berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Katakan, sektor apa di negara ini yang tidak goyah. Bahkan kursi atau tahta mantan Presiden Soeharto pun goyah, dan akhirnya dia tinggalkan.
Efek bola salju
Faktor yang mempercepat efek bola salju ini adalah menguapnya dengan cepat kepercayaan masyarakat, memburuknya kondisi kesehatan Presiden Soeharto memasuki tahun 1998, ketidakpastian suksesi kepemimpinan, sikap plin-plan pemerintah dalam pengambilan kebijakan, besarnya utang luar negeri yang segera jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang kurang menguntungkan, dan bencana alam La Nina yang membawa kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir.
Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 milyar dollar AS, sekitar 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar AS.
Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp 17.000/dollar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dollar untuk membayar utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/ 1999 yang diumumkan 6 Januari 1998 dan dinilai tak realistis.
Krisis yang membuka borok-borok kerapuhan fundamental ekonomi ini dengan cepat merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional dalam kesulitan besar dan peringkat internasional bank-bank besar bahkan juga surat utang pemerintah terus merosot ke level di bawah junk atau menjadi sampah.
Puluhan, bahkan ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga konglomerat, bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.
Sektor yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja.
Akibat PHK dan naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total penduduk. Sementara si kaya sibuk menyerbu toko-toko sembako dalam suasana kepanikan luar biasa, khawatir harga akan terus melonjak.
Pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dollar/kapita tahun 1996 dan 1.088 dollar/kapita tahun 1997, menciut menjadi 610 dollar/kapita tahun 1998, dan dua dari tiga penduduk Indonesia disebut Organisasi Buruh Internasional (ILO) dalam kondisi sangat miskin pada tahun 1999 jika ekonomi tak segera membaik.
Data Badan Pusat Statistik juga menunjukkan, perekonomian yang masih mencatat pertumbuhan positif 3,4 persen pada kuartal ketiga 1997 dan nol persen kuartal terakhir 1997, terus menciut tajam menjadi kontraksi sebesar 7,9 persen pada kuartal I 1998, 16,5 persen kuartal II 1998, dan 17,9 persen kuartal III 1998. Demikian pula laju inflasi hingga Agustus 1998 sudah 54,54 persen, dengan angka inflasi Februari mencapai 12,67 persen.
Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) anjlok ke titik terendah, 292,12 poin, pada 15 September 1998, dari 467,339 pada awal krisis 1 Juli 1997. Sementara kapitalisasi pasar menciut drastis dari Rp 226 trilyun menjadi Rp 196 trilyun pada awal Juli 1998.
Di pasar uang, dinaikkannya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menjadi 70,8 persen dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) menjadi 60 persen pada Juli 1998 (dari masing-masing 10,87 persen dan 14,75 persen pada awal krisis), menyebabkan kesulitan bank semakin memuncak. Perbankan mengalami negative spread dan tak mampu menjalankan fungsinya sebagai pemasok dana ke sektor riil.
Di sisi lain, sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi penyelamat di tengah krisis, ternyata sama terpuruknya dan tak mampu memanfaatkan momentum depresiasi rupiah, akibat beban utang, ketergantungan besar pada komponen impor, kesulitan trade financing, dan persaingan ketat di pasar global.
Selama periode Januari-Juni 1998, ekspor migas anjlok sekitar 34,1 persen dibandingkan periode sama 1997, sementara ekspor nonmigas hanya tumbuh 5,36 persen.
Selain krisis ekonomi pada tahun 1998, krisis yang relatif parah yang dirasakan dampaknya oleh masyarakat umum adalah krisis global yang terjadi baru – baru ini (2007/2008). Krisis ini memiliki dampak negatif, tetapi karena net-ekspor (ekspor dikurangi impor) hanya menggerakkan sekitar 8% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, maka dampaknya relatif kecil dibandingkan dengan negara tetangga yang ketergantungan ekspornya ke AS besar, misalnya Hong Kong, Singapura, dan Malaysia.
Seperti pada tahun 2001/2002, atau terakhir kali AS mengalami resesi, ada tiga negara di Asia yang tidak terlalu terpukul ekonominya: China, India, dan Indonesia. Ketiga negara ini memiliki penduduk yang banyak sehingga belanja masyarakatnya merupakan motor penggerak ekonomi yang kuat. Untuk ekonomi Indonesia, dampak negatif kenaikan harga bahan bakar minyak sebesar 125% pada 2005 jelas lebih besar dari pada dampak resesi ekonomi AS.


3.Menurut Anda apakah krisis global yang terjadi baru - baru ini ( tahun 2007/2008 ) merupakan krisis yang parah, sehingga perekonomian negara – negara maju ( Amerika Serikat dan Eropa ) terkena dampaknya. Bagaimana dampaknya terhadap negara – negara berkembang ( termasuk Indonesia )?, bagaimana sikap pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi dampak krisis global terhadap perekonomian Indonesia?
Jawab :
Menurut saya, krisis global yang terjadi baru – baru ini merupakan krisis yang parah karena menyebabkan krisis finansial yang melanda dunia sekarang. Krisis ini tidak hanya berdampak pada negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa tetapi juga memiliki dampak yang besar terhadap negara – negara berkembang termasuk Indonesia.
Krisis ini bermula dari macetnya kredit perumahan di AS, karena para pemilik rumah tak mampu membayar cicilan kredit. Itulah sebabnya dinamai subpime mortgage. Sub artinya di bawah, prime artinya prima atau bonafid, dan mortgage adalah semacam kredit perumahan.
Kemacetan itu merembet ke mana-mana. Bukan hanya kepada perusahaan yang terlibat dalam pemberian kredit, namun juga perusahaan penjaminan kredit dan asuransi kredit perusahaan subprime mortgage. Sebut saja Lehman Brothers dan Bear Stern, yakni perusahaan investment banking.
Selain itu, terpuruknya beberapa lembaga keuangan terbesar di dunia tersebut adalah indikasi bahwa permasalahan ekonomi AS dan dunia sekarang memang jauh lebih parah dari perkiraan kita sebelumnya.
Kepanikan investor dunia pun semakin parah. Bursa saham terjun bebas. Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41% (sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementara pasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan harga komoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilai bahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.
Di Amerika Serikat, setelah melihat bursa saham Wall Street terus melorot, akhirnya kongres menyetujui program penyelamatan sektor keuangan (troubled asset recovery program- TARP) US$700 miliar yang diajukan oleh pemerintah. Namun, karena lamanya negosiasi politik antara pemerintah dan kongres, investor kecewa melihat politikus di Washington tidak memiliki sense of crisis.
Dampak Krisis Global terhadap Negara Berkembang termasuk Indonesia.
Seperti apa yang saya jelaskan diatas, efek dari krisis ekonomi dan financial di AS itu, kini merambat ke negara-negara di Asia dan Eropa, Jepang, dan Singapura. Dan bukan hanya negara maju yang mengalami dampak krisis ini. Negara-negara berkembang pun, ikut terkena imbasnya.
Krisis tidak hanya pada sistem perbankan global, namun sudah mempengaruhi sektor riil ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Karena sektor perbankan AS sedang terpuruk, kekurangan modal, dan (melihat banyaknya lembaga keuangan yang bangkrut) enggan meminjamkan dolarnya, termasuk ke bank-bank internasional di Eropa dan Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dolar untuk memberi pinjaman kepada para pengusaha dunia, yang membutuhkan dolar untuk investasinya (untuk impor mesin, bahan baku, dan sebagainya), termasuk di Indonesia.
Krisis financial global dan lumpuhnya sistem perbankan global yang berlarut-larut, berdampak negatif terhadap Indonesia. Ini terjadi, karena pembiayaan kegiatan investasi di Indonesia (baik oleh usaha dalam maupun luar negeri) akan terus menciut, penyerapan tenaga kerja melambat, yang pada akhirnya menyebabkan daya beli masyarakat turun, sehingga akan menurunkan pula pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi seperti ini, yang biasa dilakukan adalah efisiensi, dimana bisa jadi, hal tersebut ditempuh melalui pemutusan hubungan kerja (PHK). Itu adalah konsekuensi, karena daya saing produk terus berkurang, sementara biaya produksi meningkat.
Indonesia pun sudah merasakan imbas krisis global terhadap industri nasional, diantaranya PHK itu tadi, yang terus menggelombang dalam beberapa waktu terakhir. Guna mencegah itu, pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri, yang menghimbau pemerintah daerah, agar tidak menaikkan Upah Minimum Regional (UMR) lebih dari 6%. Namun SKB itu menuai banyak protes dari buruh, sehingga akhirnya direvisi.
Dalam kenyataannya, perusahaan eksportir kita telah merasakan sebagian dampak negatif krisis, sejak beberapa bulan yang lalu, dimana sebagian besar order ekspor telah mengalami pengurangan. Selain itu, beberapa produsen tekstil juga belum menerima order untuk delivery tahun depan dan pembatalan order juga semakin sering terjadi. Tak hanya bidang tekstil, namun juga perkebunan kelapa sawit, konstruksi, dan properti.
Untuk arus impor, sebenarnya bisa terjadi penurunan dan juga kenaikan. Penurunan impor terjadi, khususnya yang berkaitan dengan impor bahan baku dari luar negeri, mengingat terjadi penurunan nilai tukar rupiah. Namun kenaikan impor juga bisa terjadi, karena akan ada gelombang impor besar-besaran produk, khusunya dari Cina, yang kehilangan sebagian besar pasarnya di AS dan Eropa.Cina, tentu terus berusaha semaksimal mungkin untuk mengalihkan ekspor ke berbagai negara, termasuk Indonesia, yang dianggap sebagai potential market.
Sikap Pemerintah Indonesia dalam Mengantisipasi Dampak Krisis Global terhadap Perekonomian Indonesia

Maraknya kasus krisis keuangan Amerika Serikat menyebabkan masalah global keuangan dunia. Untuk mengatasi hal itu, Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sepuluh arahan, dan Susilo Bambang Yudhoyono tetap optimis “Ekonomi Asia akan tetap baik”.

Berikut ini merupakan sepuluh arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu:
1.Semua kalangan tetap optimis, dan bersinergi menghadapi krisis keuangan, untuk memelihara momentum pertumbuhan dan mengelola serta mengatasi dampak krisis itu.
2.Tetap pertahankan nilai pertumbuhan 6% yang ditargetkan tahun ini. Yang perlu dijaga adalah komponen permintaan, konsumsi, pembelanjaan pemerintah, investasi, ekspor dan impor. Memanfaatkan perekonomian domestik dan mengambil pelajaran dari krisis tahun 1998 dimana sabuk pengaman perekonomian domestik adalah sektor UMKM, pertanian, dan sektor informal,” ujar dia.
3.Optimalisasi APBN 2009 untuk memacu pertumbuhan dan membangun social safety net dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.
4.Dunia usaha khususnya sektor riil harus tetap bergerak meskipun ekspansi bisa berkurang akibat krisis ini.”Pajak dan penerimaan negara tetap terjaga agar pengangguran tidak bertambah. Kewajiban BI dengan jajaran perbankan adalah mengembangkan kebijakan agar kredit dan likuiditas tersedia agar sektor riil bergerak. Kewajiban pemerintah mengeluarkan kebijakan regulasi iklim dan insentif agar sektor riil tetap bergerak. “Kewajiban swasta lebih adaptif dan terus mempertahankan kinerja, tetap mencari peluang dan share the hardshift.
5.Semua pihak agar cerdas menangkap peluang untuk melakukan persaingan dan kerjasama ekonomi dengan negara sahabat. “Ekonomi asia akan tetap baik, pasar di AS dan Eropa akan lebih tertutup dan melemah untuk ekspor. Buat produk Indonesia lebih kompetif.
6.Galakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat. “Menteri berikan insentif dan disinsentif agar kita tetap menggunakan produksi dalam negeri. Cegah dumping barang luar negeri belok ke pasar dalam negeri
7.Tingkatkan sikap profesionalisme. Jajaran pemerintah khususnya memperkokoh sinergi dan kemitraan atau partnership dengan jajaran perbankan dan swasta. “Cegah dan hilangkan buruk sangka atau kecurigaan. Semua berperan penting. Jika ada masalah selesaikan dengan baik.
8.Kerja sama dalam menghadapi masalah. Semua kalangan diminta menghindari sikap egosektoral dan memandang remeh masalah yang dihadapi.
9.Tidak melakukan langkah non partisan. Berkaitan dengan pada 2008 dan 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu, namun Presiden meminta semua kalangan tak melakukan langkah non partisan.
10.Komunikasi yang bijak. Semua pihak diminta melakukan komunikasi dengan tepat dan bijak kepada rakyat.


4.Apa yang dimaksud dengan nilai tukar mata uang dan sistem devisa. Ada berapa macam sistem nilai tukar dan devisa yang berlaku di Indonesia, sistem nilai tukar dan devisa mana menurut Anda yang terbaik untuk diterapkan di Indonesia, mengapa ?
Jawab :
Nilai tukar mata uang adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997:9).
Sistem devisa adalah sistem yang mengatur pergerakan lalu lintas semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional dari suatu negara ke negara lain.
Sistem Nilai Tukar yang Berlaku di Indonesia

Sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pemerintah, ada beberapa jenis, antara lain :
a. Sistem nilai tukar tetap (Fixed exchange rate system)
Kurs suatu mata uang (rupiah) terhadap mata uang lain (dolar) ditetapkan pada nilai tertentu.
Pada kurs ini bank sentral akan siap sedia melayani seluruh kebutuhan devisa yang diperlukan oleh pasar. Apabila tingkat kurs tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral melakukan ” devaluasi ” atau ”revaluasi” atas tingkat kurs yang ditetapkan.
Penetapan nilai kurs tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
•Pegged to a currency, apabila kurs ditetapkan terhadap suatu mata uang lain.
•Pegged to a basket, apabila kurs ditetapkan terhadap sekeranjang mata uang lain dengan bobot tertentu sesuai dengan besarnya hubungan perdagangan dan investasi.
•Currency board system, apabila penetapan kurs tersebut dibarengi dengan pembatasan bagi bank sentral dalam mengedarkan uang sebesar ( nilai ekuivalen ) cadangan devisa yang dimilikinya.
b. Sistem nilai tukar mengambang bebas (Freely floating exchange rate system.)
Kurs dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs di pasar, akan tetapi umumnya hanya dilakukan pada saat – saat tertentu misalnya bila terjadi gejolak kurs yang berlebihan dalam waktu yang sangat singkat.

c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed floating exchange rate system.)

Sistem nilai tukar yang terletak diantara fixed system dan freely floating, tetapi mempunyai kesamaan dengan fixed exchange system, yaitu pemerintah bisa melakukan intervensi untuk menjaga supaya nilai mata uang tidak berubah terlalu banyak dan tetap dalam arah tertentu. Sedangkan bedanya dengan free floating, managed float masih lebih fleksibel terhadap suatu mata uang. Lalu menurut Krugman dan Obstfeld (2000:485), managed floating exchange rate system adalah sebuah sistem dimana pemerintah mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai tukar dalam kondisi tetap.
•Apabila kurs bergerak menembus batas atas atau batas bawah dari pita intervensi, secara otomatis bank sentral akan membeli atau menjual devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga kurs bergerak dalam batas pita intervensi.
•Penetapan lebarnya pita intervensi tergantung pada besarnya cadangan devisa yang dimiliki serta kemungkinan kebutuhan yang terjadi dipasar. Umumnya akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di pasar valas.
d. Pegged exchange rate system
Sistem nilai tukar dimana nilai tukar mata uang domestik dipatok secara tetap terhadap mata uang asing.
Sistem Devisa yang Berlaku di Indonesia

Pada dasarnya ada tiga sistem devisa, yaitu :
- Sistem Devisa Bebas
- Sistem Devisa Kontrol
- Sistem Devisa Semi Bebas
1. Sistem Devisa Bebas
Yaitu sistem lalu lintas devisa yang meliputi perpindahan aset dan kewajiban finasial antara penduduk/resident dan non penduduk/non resident termasuk aset dan kewajiban luar negeri antar penduduk, dimana setiap penduduk bebas memiliki dan menggunakan devisa.
Artinya : Pada dasar pengertian memiliki adalah tidak adanya pembatasan dalam jumlah pembelian dan penjualan mata uang asing antara penduduk dan atau non penduduk termasuk kewajiban menjual devisa kepada negara. Dan dalam hal menggunakan devisa artinya bebas melakukan kegiatan penggunaaan devisa a.l untuk perdagangan internasional, transaksi di pasar uang dan transaksi di pasar modal.
Dalam prakteknya, suatu negara walaupun menganut sistem devisa bebas, pada saat tertentu, misalnya dalam konteks Indonesia seperti pada serbuan spekulan asing pada tahun 1998 atau peristiwa sebelumnya dimana Rupiah banyak ditransaksikan di luar negeri antara tahun 1995- 1997 dimana banyak terjadi penawaran kredit rupiah atau yang dikenal dengan Rupiah Offshore dari Singapura, maka Pemerintah pada waktu itu melakukan sistem devisa terkontrol yaitu dengan membatasi pembelian forward maksimal USD 3 juta per bank untuk meredam tindakan spekulasi dan melarang bank untuk meminjam Rupiah Offshore ini dari Singapura, agar rupiah yang beredar di luar negeri dapat dikontrol.
Jadi sistem devisa bebas pada dasarnya menuntut suatu negara memiliki cadangan devisa yang cukup kuat sehingga pada waktu terjadi gelombang penjualan mata uangnya dapat di counter dengan penjualan cadangan devisa dalam jumlah besar (disebut dengan intervensi bank sentral) untuk meredam penurunan nilai mata uang negara tersebut. Suatu negara yang memiliki cadangan devisa yang kuat (bisa dikatakan memiliki fundamental ekonomi yang kuat) ditambah kecilnya hutang luar negeri, maka mata uangnya cenderung untuk menguat dan akan ditakuti oleh spekulator karena banyaknya amunisi (dalam bentuk cadangan USD, Euro, Emas dll) dalam pertempuran di pasar valas jika spekulator mencoba untuk menggoyang mata uang negara tersebut. Contoh yang aktual adalah beberapa hari ini terjadi penurunan cadangan devisa BI, antara lain dipakai untuk intervensi pembelian rupiah terhadap dollar yang terperosok hingga 10.300. Akibat intervensi ini rupiah kembali stabil di level 9700-9800.
Dalam hal cadangan devisa kita lemah dan terjadinya spekulasi asing karena mengetahui banyaknya hutang jatuh tempo dan posisi short USD akibat pinjaman rupiah offshore dan pemerintah tidak mampu meredam serbuan asing maka terjadilah depresiasi yang luar biasa sehingga mata uang
rupiah contohnya pada tahun 1999 mencapai 16,000. Disinilah letak kelemahan sistem devisa bebas, karena pemerintah tidak berhak untuk mengontrol aktivitas penduduk dan non penduduk dalam melakukan spekulasi sehingga terkadang posisi pembeliannya melewati batas kemampuan suatu negara dalam mencegah kejatuhan nilai mata uangnya. Pada akhirnya, melemahnya nilai rupiah ini berdampak pada imported inflation yang menaikkan harga harga impor atau barang jadi semi impor seperti mobil, elektronik, dll yang membuat beban masyarakat semakin berat karena naiknya cost of living akibat imported inflation ini.
2.Sistem Devisa Kontrol
Karena definisi dari sistem devisa bebas telah disebutkan di atas maka sistem devisa terkontrol adalah sebaliknya dimana pemerintah menerapkan sistem lalu lintas devisa secara terkontrol dengan aturan aturan tertentu yang disuaikan dengan kepentingan negara yang bersangkutan. Contoh yang nyata adalah Malaysia dan dalam beberapa pengertian Singapura termasuk, karena Singapura sejak lama memberlakukan pembatasan maksimal pembelian atau penjualan Singapore Dollar sebanyak SGD 5 juta. Diatas itu maka nasabah wajib lapor ke Bank Sentral Singapura yang dikenal dengan nama MAS (Monetary Authority of Singapore). Dengan demikian, pembelian atau penjualan dalam jumlah banyak SGD (terutama untuk tindakan spekulasi), sudah dapat dideteksi sejak awal oleh MAS. Disinilah cerdiknya pemerintah Singapura dalam meredam tindakan spekulator yang akan menghancurkan suatu negara diatasi dengan membuat peraturan yang sangat ketat dalam permainan valas. Oleh karena itu kita bisa melihat bahwa nilai mata uang SGD tetap stabil dalam waktu ke waktu, selain memang pemerintah Singapura memiliki cadangan devisa yang sangat kuat (USD 100 milyard).
Dalam hal Malaysia, sebenarnya melakukan kombinasi sistem devisa yaitu Currency Board System dan Sistem Devisa Terkontrol. Currency Board System diberlakukan sekitar mulai tahun 1990-an dengan menetapkan nilai range minimum dan maksimum MYR (Malasian Ringgit) yang boleh diperdagangkan dan ditetapkan Bank Negara (Bank Sentral Malaysia). Dan Sistem Devisa Terkontrol mulai diberlakukan tahun 1998, pada waktu terjadi serbuan spekulator di Asia Tenggara, melakukan tindakan aturan sandera MYR antara lain dengan mengatakan bahwa semua MYR yang beredar di luar negeri (MYR Offshore) dinyatakan tidak laku, kecuali dikembalikan kepada Bank Negara (Bank Sentral Malaysia).
Tindakan ini mengharuskan spekulator untuk menjual kembali USD terhadap MYR sehingga MYR akhirnya selamat dari serbuan asing. Jadi tindakan sistem devisa terkontrol ini, telah menyelamatkan Malaysia dan Singapura dari krisis keuangan tahun 1998 dan relatif mengalami dampak yang kecil terhadap gelombang spekulasi.
3.Sistem Devisa Semi Bebas
Pada sistem devisa semi bebas, untuk perolehan dan penggunaan devisa – devisa tertentu wajib diserahkan dan mendapat izin dari negara, sementara jenis devisa lainnya dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan. Sistem ini pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan Perpu No.64 Tahun 1970.
Perolehan dan penggunaan DHE wajib diserahkan ke dsn mendapat izin dari Bank Indonesia, sementara untuk DU dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan. Administrasi perolehan dan penggunaan DHE dilakukan oleh Bank Indonesia.
Menurut saya sistem nilai tukar yang terbaik untuk diterapkan di Indonesia adalah sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas, dimana pemerintah tidak mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Penerapan sistem ini dimaksudkan untuk mencapai penyesuaian yang lebih berkesinambungan pada posisi keseimbangan eksternal (external equilibrium position.)
Selain alasan diatas, alasan lain nilai tukar mengambang bebas ini adalah sistem yang terbaik untuk diterapkan di Indonesia karena :
•Tidak memerlukan cadangan devisa yang besar karena bank sentral tidak arus mempertahankan kurs pada suatu level tertentu.
•Dapat menciptakan disiplin mekanisme pasar karena ketidakseimbangan permintaan dan penawaran valas akan disesuaikan sendiri dalam bentuk kurs yang terjadi di pasar.
Sedangkan sistem devisa yang terbaik untuk diterapkan di Indonesia adalah Sistem Devisa Bebas yang sekarang masih dianut oleh Indonesia.
Saya mengatakan demikian karena walaupun sebenarnya sistem devisa bebas dilakukan oleh negara yang memiliki devisa yang kuat tapi Indonesia mampu untuk menerapkan sistem devisa bebas tersebut. Hal ini dikarenakan permasalahan yang timbul akibat Penerapan PP No 1 tahun 1982 yang telah mengalami perubahan sehingga berlakulah UU No 24 tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar.
UU No 24 tahun 1999 mengatur :
•Sistem devisa yang dianut Indonesia adalah sistem devisa bebas. Artinya setiap penduduk dapat degan bebas memiliki dan menggunakan devisa.
•Ada kewajiban untuk monitoring lalu lintas devisa. BI diberi kewenangan untuk melakukan monitoring devisa ini.
•Dalam PBI tersebut diatur kewajiban pelaporan bagi setiap lalu lintas devisa oleh dan melalui bank dan lembaga keuangan lainnya mulai Maret 2000. Untuk transaksi diatas USD 10,000 dilaporkan per transaksi, sementara untuk transaksi di bawah $ 10,000 dilaporkan secara gabungan. Dalam laporan tersebut dicantumkan tujuan dari transaksi devisa yang bersangkutan (ekspor/impor, utang luar negeri)
Selain itu, sistem devisa bebas baik untuk diterapkan karena :
•Akses ke sumber pendanaan keuangan luar negeri.
•Akses pelaku ekonomi domestik untuk melakukan investasi global dan transaksi aset secara internasional.
•Alokasi sumber – sumber daya dalam perekonomian melalui kompetisi untuk finansial ressources.
•Ketersediaa sumber – sumber pendanaan bagi investasi domestik, finance trade, dan kegiatan perekonomian lainnya.
•Efisiensi lembaga – lembaga keuangan domestik melalui diseminasi pengaruh kompetisi dengan lembaga keuangan internasional.
•Memacu otoritas moneter untuk terus melahirkan ”good policy” yang kredibel berdasarkan kebijaksanaan yang berorientasi kepada standar efisien perekonomian dunia.


5.Dalam terminologi perubahan nilai tukar dikenal istilah – istilah depresiasi, apresiasi, devaluasi, dan revaluasi. Apa maksud istilah – istilah tersebut, bahaslah beserta contoh (jika memungkinkan).
Jawab :
Depresiasi
Pengurangan nilai mata uang suatu negara di pasaran luar negeri yang disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran mata uang dalam pasaran valuta asing. Perubahan tersebut berlaku secara otomatis tanpa dilakukan oleh pemerintah. Dalam bahasa Inggris istilahnya adalah : currency depreciation.
Apresiasi
Peningkatan nilai mata uang domestik suatu negara di pasaran luar negeri yang disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran mata uang dalam pasaran valuta asing. Perubahan tersebut berlaku secara otomatis tanpa dilakukan oleh pemerintah. Dalam bahasa Inggris istilahnya adalah : appreciation of currency.
Devaluasi
Kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing ( valuta asing ). Langkah seperti ini dilakukan untuk memperbaiki neraca pembayaran.
Keuntungan dari melakukan devaluasi adalah membuat harga barang – barang ekspor menjadi lebih murah sebaliknya harga barang impor menjadi lebih mahal. Devaluasi membuat peningkatan ekspor, net ekspor ( ekspor dikurangi dengan impor ) dan pendapatan nasional sedangkan kerugian dari devaluasi yang utama adalah membuat cost foreign currency loans lebih besar dari jumlah dollar yang dibayarkan untuk menutup pinjaman dalam mata uang asing juga lebih banyak.
Contoh :
Misalkan pada mulanya 1 dollar US sama dengan Rp. 7.500. Apabila kurs itu diubah pemerintah menjadi US$1 = Rp. 10.000 maka dikatakan bahwa Indonesia telah mendevaluasi mata uangnya. Dengan kurs pertukaran yang baru, dibutuhkan lebih banyak rupiah untuk memperoleh satu dollar Amerika Serikat.
Efek – efek yang mungkin ditimbulkan oleh devaluasi adalah :
a. Ekspor akan bertambah.
b. Impor akan berkurang karena barang luar negeri menjdi lebih mahal.
c. Kenaikan ekspor dan pengurangan impor akan memperbaiki neraca pembayaran.
d. Pendapatan nasional akan bertambah.
e. Mungkin inflasi berlaku, yaitu apabila kenaikan harga barang – barang impor akan mendorong kepa wujudnya kenaikan harga – harga barang produksi dalam negeri.
f. Di luar negeri mungkin negara – negara lain melakukan langkah balasan dengan menggunakan halangan perdagangan impor atau dengan melakukan devaluasi.
Syarat yang dibutuhkan untuk menyukseskan devaluasi adalah :
a. Ekspor negara yang elastis.
b. Permintaan impor negara itu adalah elastis.
c. Di dalam negeri tidak berlaku inflasi.
d. Negara lain tidak melakukan reaksi balasan dan melakukan devaluasi pula.
Revaluasi
Kebijakan pemerintah untuk menaikkan nilai tukar mata uang domestik terhadap nilai tukar negara lain.
Keuntungan dari melakukan revaluasi adalah biaya meminjam dalam mata uang asing lebih murah, sedangkan kerugiannya yang utama adalah menyebabkan produk domestik menjadi lebih mahal dalam mata uang asing dan impor menjadi lebih murah dalam mata uang domestik.
Jatuhnya nilai mata uang tertentu terhadap mata uang lain bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Contoh :
Misalkan pada mulanya 1 dollar US sama dengan Rp. 10.000. Apabila kurs itu diubah pemerintah menjadi US$1 = Rp. 7.500 maka dikatakan bahwa Indonesia telah merevaluasi mata uangnya. Dengan kurs pertukaran yang baru, dibutuhkan lebih sedikit rupiah untuk memperoleh satu dollar Amerika Serikat.







DAFTAR PUSTAKA


Muelgini, Yoke. 2009. Sistem Devisa dan Nilai Tukar: Teori dan Kebijakan di Indonesia. Lampung : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)

Sukirno, Sadono.2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

http://www.blog-indonesia.com/blog-archive-6583-109.html
http://www.crayonpedia.org/mw/Pengertian_dan_Fungsi_dan_Jenis-jenis.html

http://www.didik2h.web.ugm.ac.id/upload/Dampak_Krisis_Keuangan_Global.pdf

http://www.ekonomi161.blogspot.com/2009/08/3-metode-menghitung-pendapatan-nasional.html

http://www.herastu.wordpress.com/2008/11/09/sistem-devisa/

http://www.jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/nilai-tukar-mata-uang-faktor-faktor.html

http://www.jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/devaluasi-dan-revaluasi kebijakan.html

http://www.kjksmadani.wordpress.com/2009/02/04/dampak-krisis-keuangan-global/

http ://www.mie.unja.ac.id/pustaka/bahanepb.doc
http://www. purple24white.blogspot.com/2008/11/dampak-krisis-global-terhadap.html

http://www.putracenter.wordpress.com/2009/09/23/perkembangan-kebijakan-sistem-nilai-tukar-di-indonesia/

http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Krisis_ekonomi.html
http://www.tiaraputri.wordpress.com/2010/01/09/pendapatan-nasional-dan-pendapatan-perkapita/

http://www.tpkkoja.co.id/modules.php?name=News&file=print&sid=12

http://www.wahdisblog.blogspot.com/2007/11/krisis-ekonomi-jilid-2.html
http://www.yuskos.files.wordpress.com/2008/03/pendapatan-n

Tidak ada komentar: